Sabtu, 28 Februari 2015

Arjuna Kena Panah







Tatapan mata itu, sama seperti 3 tahun yang lalu. Sekali kau menatapnya, wuusshhh. . sesuatu anak panah menancap tepat di jantungmu dan kau, , kau akan mati dengan seketika.
“hey, , kau melihat apa?” saat seno menjentikkan jari tangannya di wajahku.
“e, , enggak kog” gugup dengan di tambah lagi melihat keadaan seno bingung.
“loe lihat apa? apa loe melihat hantu?” tanya seno sambil komat kamit dan menyemburkan air yang ada di mulutnya tadi di sekeliling arjuna.
“loe apa-apaan sich, basah nih. Liat!” arjuna menunjukkan sebagian baju dan celananya yang terkena semprotan dari seno.
“maaf, gue ga sengaja. Lagian loe kayak lagi ngeliat hantu aja” seno mengelap sisa air yang ada di baju dan celana sohibnya.
“sudahlah, , kita pergi saja dari sini” arjuna menepis tangan seno dan menariknya menjauh dari wanita yang di lihatnya tadi.
“loe aneh, , !” tanya seno sambil mengekor seperti kucing di belakang arjuna.

***

“kenapa dia bisa ada di sana?” Tanya arjuna dalam hati. Matanya menatap langit-langit kamarnya kemudian menutup matanya dengan bantal yang berlambangkan klub sepak bola Chelsea. “akh, , ,” arjuna menekan bantal itu ke arah wajahnya sampai-sampai ia tak bisa bernafas. Arjuna lalu bangkit dari tidurnya dan meletakkan bantal yang berlambangkan sepak bola Chelsea itu pada tumpukkan bantal-bantal yang ada di belakangnya. Ia pun meraih kunci motor di atas meja tepat di hadapannya berdiri.

***

“jun, , loe di cari wali kelas tuh!” teriak anak perempuan saat menuruni anak tangga.
Arjuna menghentikan langkahnya, di lihat ke belakang ternyata sisil temen kelasnya.
“sekarang!” arjuna menghampiri sisil.
“tahun depan, , ya sekaranglah!” sisil tertawa melihat ekspresi arjuna kaget.
Arjuna tersenyum malu dan ini bukanlah yang pertama kalinya. Sisil adalah orang yang bisa membuat arjuna kaget seketika.

***

Tok, , tok, , tok, , permisi bu. .! arjuna menyapa ketika sudah di ambang ruang guru. Semua guru melempar senyum pada arjuna, entahlah mungkin terpukau saat melihat ketampanan wajahnya bak pohon rindang yang menyejukkan.
“ibu memanggil saya?” ketika bertemu bu merry wali kelas arjuna.
“tolong kamu bawa buku-buku ini ke kalas” suruh bu merry sambil menepuk beberapa tumpukkan buku.
“iya bu, ,”
“satu lagi, kamu antar teman baru kita ke kelas. Nanti ibu menyusul, ibu ada rapat sebentar” bu merry sibuk membolak-balikkan berkas bersama guru-guru yang lain.
“dia, maksud saya anak baru itu duduk di mana bu?” arjuna memperhatikan bu merry.
“duduk saja bersama sisil” bu merry meninggalkan arjuna sendirian di ruangannya.
Arjuna menatap ruangan guru yang mulai nampak sepi, di raihnya tumpukkan buku-buku di atas meja bu merry. Baru saja melangkah keluar dari ruangan bu merry tiba-tiba saja arjuna di kejutkan dengan suara perempuan. Perempuan itu mungkin sudah lama berdiri di luar ruangan bu merry.
“apa sekarang kita bisa ke kelas?” tanya wanita itu yang berdiri di dekat pintu ruangan bu merry.
Arjuna terdiam, menatap wajah itu. Wuussshhhh. . sesuatu anak panah menancap ke jantungnya dan sepertinya aku akan mati kata hati arjuna. Tiba-tiba buku yang di pegang arjuna terjatuh tapi dengan cekatan wanita itu menahannya tanpa di sengaja wanita itu memegang kedua tangan arjuna yang sedang memegang tumpukkan buku.
“ma, , maaf, ,!” arjuna menarik tangannya.
“iya” wanita itupun menarik kembali tangannya.
Arjuna terdiam mungkin aku sudah mati sekarang tanpa basa-basi arjuna langsung berjalan menuju ruang kelas di ikuti wanita itu.
“kau sekolah di sini?” tanya wanita itu yang berjalan di samping arjuna.
“iya ndel, aku sekolah di sini” arjuna menghembuskan nafasnya tanpa menatap wajah wanita itu.
Tapi tunggu dulu, , arjuna memanggilnya ndel? Siapa dia, kenapa arjuna bisa tahu. Oo, , ternyata itu Andela Yuwono tapi, , ada apa dengan arjuna? Dia seperti orang mati ketika melihat Andela Yuwono.
“apa kita sudah sampai?” andela bertanya. “ini tempatnya?” andela kembali bertanya. 
Arjuna hanya mengangguk tanpa menatapnya.
Mohon perhatiannya teman-teman, sesaat semua kelas menjadi hening. Hari ini kita ke datangan teman baru terangku panjang lebar. Untuk selanjutnya dia akan memperkenalkan dirinya.
“silakan. .!” pinta arjuna untuk memperkenalkan dirinya.
“terimakasih. .” andela tersenyum.
Dari mana kau tahu kalau dia tersenyum? Instingku yang mengatakannya.
“oiya, , kalau sudah nanti kau boleh duduk di sana” tunjuk arjuna  pada sisil yang berambut kepang itu.
Arjuna meninggalkan andela sendirian di depan menuju sisil. Arjuna membisikkan pada sisil, bahwa murid baru itu akan duduk sebangku dengannya. Sisil begitu senang bahwa murid baru itu “andela” sebangku dengannya. Andela sepertinya menikmati perkenalannya dengan murid yang lain. Andela berjalan menuju ke arah arjuna, arjuna langsung menutup wajahnya dengan buku seolah-olah sedang membaca.
“apa aku boleh duduk?” pinta andela pada sisil.
“silakan. . !! sisil menyambut teman barunya dengan senang hati.
“jun, loe ga mau kenalan apa?” tanya sisil sambil mencari celah untuk menatap wajah arjuna.
“gue tadi udah” jawab arjuna sambil menutup mukanya dengan buku.
Sepertinya andela ketawa? apa ada yang lucu? tapi kenapa sisil juga ikutan ketawa? mereka berdua aneh.
“loe lagi apa sich?”sisil bertanya.
“gue lagi baca buku, jangan ganggu gue kenapa?”
Untuk beberapa saat mereka berdua diam, diam-diam arjuna mengintip mereka di balik buku. Astagaa. . ternyata buku gue ke balik, pantas saja mereka menertawakan gue.

***

“ndel, ,” seno berbisik.
“apa sen, , ?” guman andela.
“loe tau ga no 48 cara jalannya gimana ya?” seno cengir, uda keliatan begonya.
“oo, , ini caranya!” andela memutar badannya tepat di hadapan arjuna.
“kurang ajar loe sen, kenapa loe nyuruh dia sich? gue juga bisa” gerutu arjuna.
“oo, , jadi begini ya ndel, , paham” seno sumeringah.
“ah, , lega rasanya, huss, , huss, , kembali ke tempatmu” arjuna mengusir andela tapi itu dalam hatinya.
Belum sempat andela kembali berbalik, seno memanggilnya, ndel, . panggil seno.
“gue lupa, , tadi caranya gimana ya?” seno cengengesan.
Andela tersenyum, , “katanya tadi paham?” andela menyindir.
“bego amat sich loe sen, belum 1 menit loe uda lupa lagi? kayaknya loe nguji kesabaran gue!” arjuna mengutuk seno dengan sejadi-jadinya tak jarang arjuna selalu nginjek kakinya seno.
“sen, kalau loe gak tahu loe bisa nanya ke gue” nyeruput teh botol.
“ga akh, , jun. loe neranginnya kayak dictator, malas gue!” gerutu seno sambil nyeruput kuah bakso. “lagi pula andela kan cantik, manis lagi”.
Pllaaakkk, , gue menepuk pundak seno, otomatis bakso yang sedang di kunyah seno keluar bak meriam belanda.
“hahahaa, , buset meriam apa mulut tuh” tanya arjuna sambil memberikannya tissue.
“loe mau ngebunuh gue?” seno terlihat kesal langsung merebut tissue di tangan arjuna.

***

Apa gue mesti beritahu seno, masalah gue sama andela hmm, , tapi kalau di biarin lama-lama seno nginjek kepala gue. Akh, , dasar loe sen. Hari itu arjuna mengajak seno ketemuan di tempat biasa “game center” tempat di mana biasanya kami habiskan waktu luang bersama.
“tadi loe mau ngomong apa?” seno dengan tampang penasaran.
“gini sen, sebenarnya gue, blablabla, , , panjang lebar ngejelasin sama seno.
Nampaknya seno sedikit bingung tapi sepertinya dia mengerti apa yang arjuna ceritakan tadi.
“jadi loe sama andela sudah saling kenal?”seno meyakinkan.
“iya, gue sama andela sudah saling kenal. Sejak kita masih smp, dulu dia itu srikandi di smp” menarik nafas dan membuangnya perlahan-lahan.
“teruss, , ?” seno ingin kelanjutannya.
Arjuna melanjutkan cerita, , “waktu itu gue menyukainya saat gue ingin menyatakan cinta padanya tiba-tiba saja pada diri andela mengeluarkan anak panah. Wuusshhh. . panah itu menancap ke jantung gue, seakan gue mati” (sambil memegang dadanya) “dari itu setiap gue ngeliat andela selalu saja panah itu menancap jantung gue. Gue sedih sen, , tiap kali gue pingin dekat sama andela, seakan jantung gue tertancap anak panahnya andela. Gue seakan mati. Siaall. .”
“loe sabar aja jun” seno menepuk pundak arjuna “terus apa andela tahu itu?” seno bertanya.
“andela tidak pernah tahu” menggeleng dengan penuh rasa sedih.
“pantas aja loe sering nginjek kaki gue” gerutu seno.

***

Sudah sebulan andela bersekolah, sepertinya itu membuatnya senang tapi tidak denganku. Hari-hariku seperti orang mati. Oo, , Tuhan, , harusnya arjuna yang memanah hati orang yang di sukainya tapi kenapa panah itu menancap ke hati pemiliknya sendiri. Harusnya namaku bukan arjuna. “akh, , !” teriakku dalam hati.
“ndel, ,” panggil seno.
“ya sen, ada apa?” tanya andela memutar kepalanya.
“hmm, , ndel, ada seseorang yang menyukai loe” bisik seno yang seakan tak ingin ada orang lain yang mendengarnya.
“siapa, , siapa, ,?” tanya andela dengan penuh ingin tahu.
Sen, kali ini gue anggap loe kelewatan, arjuna langsung menutup buku catatan kemudian berdiri meninggalkan seno juga andela.
“ada apa dengan dia?” tanya andela menunjuk arjuna yang ke luar kelas.
Seno menjelaskan semuanya termasuk apa yang arjuna alami ketika berhadapan dengan andela. Andela terdiam mungkin dia mengerti perasaan arjuna bahwa dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya.
“terus yang menyukai gue siapa sen? tanya andela kembali.
“arjuna, arjuna menyukai loe, bahkan katanya waktu dia masih smp” terang seno.
Andela memahami itu semua, pantas saja arjuna selalu menghindar kalau bertemu. Andela baru menyadarinya, bagaimana perasaannya selama 3 tahun yang lalu terlihat andela menghela nafas. Kemudian andela berdiri lalu berlari mengejar arjuna. Di tempat terpisah arjuna merebahkan tubuhnya di bangku taman dengan di tutupi alas koran di wajahnya.
“jun, ,!” andela menggoyangkan tubuhnya.
“sana, , loe belajar aja sen, gue pingin sendiri!” pinta arjuna tanpa dia sadar itu adalah andela bukan seno.
“gue bukan seno, gue andela” andela kemudian duduk di samping arjuna.
Deekk. . jantung arjuna tiba-tiba saja berhenti, dia mulai membangkiti tubuhnya. Ya, rasa itu sungguh sakit, sakit sekali hingga arjuna memegang dadanya dengan kedua telapak tangannya. Arjuna tak bergeming, tiba-tiba saja andela meletakkan kedua tangannya di atas tangan arjuna yang memegang dada.
“apa yang kau rasakan?” tanya andela memandang wajah arjuna yang tampak pucat.
Deekkk. . arjuna kembali merasakan bahwa ada tanda-tanda ke hidupan, jantungnya kembali berdetak walaupun tidak normal tapi itu menunjukkan bahwa dia masih bisa untuk bertahan hidup.
“apa kau baik-baik saja?” andela kembali bertanya.
“iya” arjuna melepaskan tangannya dari dadanya.
“maafkan aku ya, selama ini aku tidak mengetahuinya” terlihat andela begitu sedih.
“kamu tidak salah kog ndel, aku yang. . . . belum selesai arjuna berbicara andela memeluknya.
“aku juga suka kamu kog” andela mengeratkan pelukkannya.
“apa, aku akan mati!” lirih yang kemudian di dengar oleh andela.
“kamu tidak akan mati jika aku yang peluk” andela terus saja memeluk.
“benar aku tidak mati, buktinya sekarang aku biasa-biasa saja”  kata hatiku yang perlahan-lahan mencoba membuka mata. “ya benar, aku tidak mati” teriakku dengan melepaskan pelukan andela. “yuhuuu, ,” teriakku dengan melompat.
Andela menarik tanganku, sepertinya dia tidak ingin kalau aku merasa bahagia sendiri. Andela mulai membentukkan bibirnya seperti kerucut yang menandakan dia sedang cemberut tapi aku tahu apa yang harus aku lakukan supaya dia bisa tersenyum. Aku memeluknya. Yeee, , ,
“waahh, , kayaknya ada yang ga ngajakin kita nih?” tiba-tiba terdengar suara seno dari arah belakang, entah kapan dia berada di sana dengan merangkul sisil.

*END*


Andriyana (@29andriyana).




Catatan
Buat kalian yang fanfict nya ingin dipost di blog ini silahkan kirim ke redaksichelseajkt48(at)yahoo(dot)com dengan subject "Fanfict CFC48" Ditunggu yaaa
 
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Custom Search