Rabu, 05 Agustus 2015

Tahun 2003, seorang miliarder Rusia, Roman Abramovich, membeli Chelsea Football Club di Inggris. Akuisisi ini mengubah strategi pemasaran dari permainan serta kemampuan untuk membeli pemain. Salah satu orang terkaya di Britania Raya tersebut dikenal memiliki wajah yang slow, namun tak kenal "ampun", karena dia adalah pribadi yang sangat ambisius. Dia bersedia mengeluarkan banyak uang demi Chelsea, tetapi yang dia minta hanya satu, yaitu trofi di setiap musimnya.

Pelatih pertama Chelsea di era "Roman Emperor" adalah pelatih kondang asal Italia, Claudio Ranieri di musim 2003/04. Ranieri yang tidak berprestasi di Chelsea, langsung dipecat Roman di akhir musim dan digantikan pelatih yang sangat sukses di FC Porto, Jose Mourinho. Gelontoran uang didukung juru taktik "The Special One", julukan Mourinho, mampu memberikan prestasi di 3 musim awal Mourinho. Petaka Mourinho datang di musim 2007/2008. Perseteruan Jose Mourinho dengan bos Roman membuat Jose harus lengser dari jabatannya dan digantikan pelatih asal Israel, Avram Grant.

Kiprah Avram Grant bisa dibilang tidak buruk. Sang pelatih mampu menjadikan Chelsea runner-up di 3 ajang, yaitu: EPL, Carling Cup (sekarang bernama Capital One Cup), UCL. Masuk final UCL menjadi prestasi terhebat klub di Eropa kala itu. Namun bagi Roman, runner-up berarti tidak juara, dan tidak ada trofi. Tanpa ampun, big boss memecat Avram Grant yang hanya setengah musim menjabat dan menggantikannya dengan pelatih asal Brazil, Luiz Felipe Scolari tahun 2008.

Roman Abramovich yang makin tidak sabaran, memecat Scolari di pertengahan musim 2008/09 karena beberapa hasil buruk Chelsea. Jadinya, pelatih yang sukses membawa timnas Brazil juara PD 2002 tersebut hanya separuh musim di Chelsea. dan posisinya digantikan pelatih asal Belanda, Guus Hiddink, yang kala itu juga merangkap pelatih timnas Rusia dan hanya dikontrak setengah musim oleh Chelsea. Setengah musim di Chelsea, Hiddink sukses mengangkat dan memberi semangat para pemain Chelsea hingga menjuarai FA cup musim 2008/09. Akhir musim, Chelsea sebenarnya berminat menambah kontrak Hiddink, namun ditolak karena sang pelatih harus fokus ke timnas Rusia.

Musim berikutnya, datanglah Carlo Ancelotti, juru racik hebat asal Italia. Mantan pelatih AC Milan tersebut sukses memberikan prestasi di musim perdananya, namun di musim keduanya, Carletto, julukan Ancelotti, tidak memberikan trofi dan tanpa ampun, didepak oleh big boss dan digantikan oleh pelatih muda, Andre Villas Boaz.

Hanya setengah musim, Villas Boaz dipecat oleh Roman kembali karena hasil negatif yang menimpa Chelsea di beberapa laga dan digantikan oleh Roberto Di Matteo, pelatih asal Italia. Hanya setengah musim di Chelsea, RDM sukses membawa Chelsea menjuarai 2 ajang. Dan hebatnya lagi, Chelsea mampu mengangkat trofi UCL 2012, prestasi yang sangat diinginkan Roman. Musim berikutnya 2012/13, RDM dipecat setelah Chelsea alami hasil buruk di beberapa laga dan digantikan Rafael "Rafa" Benitez dan dikontrak hanya setengah musim. Fans Chelsea sangat membenci Rafa karena komentar buruknya atas Chelsea ketika melatih Liverpool. Hasilnya? Rafa sukses membawa Chelsea juara UEL dan membuat para fans Chelsea luluh kepadanya. Meskipun begitu, Roman memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Rafa dan kembali melirik pelatih idamannya, Jose Mourinho.

Musim berikutnya, Jose Mourinho bersedia melatih Chelsea, tetapi dia tidak berjanji akan langsung memberikan trofi di musim perdananya di periode kedua bersama Chelsea (2013/14). Di situlah Roman Abramovich "bertobat" dan "menyerahkan" Chelsea kepada Mourinho. Musim 2013/14, Chelsea tanpa gelar di arahan Mou dan Roman untuk pertama kalinya tidak memecat pelatih yang gagal memberikan trofi. Musim berikutnya, Mou sukses memberikan EPL & COC 2014/15 dan membuat Roman makin yakin akan kapasitas Mourinho.

Bagaimana dengan musim ini (2015/16)? Dan bagaimana nasib Mourinho seandainya Chelsea gagal mendapat trofi? Apakah "tobatnya" Roman Abramovich hanya bersifat sementara? #CFC48
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Custom Search